Minggu, 16 Desember 2012

Kadar Air


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang cukup banyak di dunia ini, ditandai
dengan adanya lautan, sungai, danau dan lain-lain sebagainya. Tanah memegang peranan penting dalam melakukan prespitasi air yang masuk ke dalam tanah, selanjutnya sekitar 70% dari air yang diterima di evaporasi dan dikembalikan
ke atmosfer berupa air, dan tanah memegang peranan penting dalam refersi dan penyimpanan. Sisanya itulah yang digunakan untuk kebutuhan tranpirasi,
evaporasi dan pertumbuhan tanaman.
Kandungan air dalam tanah dapat ditemukan dengan beberapa cara.
Sering dipakai istilah nisbi, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang kandungan air dan karena itu dapat ditafsirkan
bermacam-macam. Walaupun penentuan kandungan air tanah didasarkan pada pengukuran gravimetrik, tetapi jumlah air lebih mudah dinyatakan dalam hitungan volumetrik seperti nisbah air (water ratio).
Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi. Reaksi kimia dalam tanah hanya berlangsung bila terdapat air. Pelepasan unsur-unsur hara dari mineral primer terutama juga karena pengaruh air, yang kemudian mengangkutnya ke tempat
lain (pencucian unsur hara). Sebaliknya kemampuan air menghanyutkan unsur hara dapat pula dimanfaatkan untuk mencuci garam-garam yang berda dalam tanah.
Fungsi lain dalam tanah adalah melapukkan mineral yaitu menyiapkan hara larut bagi pertumbuhan tanaman dan sebagai media gerak unsur-unsur hara ke akar. Jadi air merupakan pelarut dan bersama-sama hara yang lain terlarut membentuk larutan tanah, tetapi bila air teralalu banyak maka hara tanah akan tercuci dan membatasi pergerakan udara dalam tanah.
Konsistensi tanah dan kesesuaian tanah untuk diolah sangat dipengaruhi oleh kandungan air tanah. Demikian pula daya dukung tanah sangat dipengaruhi oleh kandungan air dalam tanah.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu melaksanakan pengamatan penetapan Kadar Air tanah untuk mengetahui proses dan berapa jumlah air yang
di kandung oleh tanah.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari percobaan kadar air adalah untuk mengetahui jumlah air yang mengisi pori-pori dalam tanah melalui metode kapasitas lapang dan gravimetriknya.
Kegunaannya adalah sebagai informasi mengenai kandungan air dalam tanah yang dapat digunakan bagi pertumbuhan tanaman dan cara melakukan pengolahan tanah yang tepat dan jumlah air yang dibutuhkan pada tanah dan tanaman. 



II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kadar  Air
Keadaan air yang terkandung dalam tanah perlu diketahui terutama pada kedalaman dari permukaan air tanah baik secara musim ataupun bulanan. Tentang kedalaman permukaan air tanah bias ditentukan melalui sumber-sumber air setempat, juga melalui lubang-lubang pengeboran air (Kartasapoetra, 1987).
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut  dalam tanah. Air dapat menyerap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, karena air higroskopik dan air kapiler (Hardjowigeno, 2003).
Kadar air merupakan komponen utama tanaman hijau yang merupakan 70% - 90% dari berat segar. Kebanyakan sepsis tanaman tak berkayu, sebagian besar air kandungan dalam isi sel (85% - 90%) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia. Tetapi air mempunyai beberapa peranan lain dalam fisiologi
tanaman dan keadaannya unik yang cocok dengan sifat kimia dan fisikanya yang diperankan (Fitter-Hay, 1991).
Dalam menentukan jumlah air yang tersedia bagi tanaman, maka keadaan air dapat dibedakan atas kadar air pada kapasitas di mana keadaan ini dapat menunjukkan jumlah air yang dapat menyerap air hingga layu. Pengaruh hubungan tegangan dan kelembaban pada sejumlah air yang tersedia di dalam tanah. Kapasitas lapang, koefisien titik layu permanen, tekstur, struktur, dan kandungan bahan organiknya. Semuanya itu mempengaruhi air lebih banyak, meskipun pada tekstur lempung jelas mempunyai kapasitas yang lebih kecil dari pada tekstur berdebu. Perbandingan kapasitas perubahan air yang dinyatakan dalam tinggi air pada tiap kaki tinggi tanah (Buckman dan Brady, 1982).
Air merupakan dua sifat yang penting pada kelakuan air di dalam tanah, yaitu massa dan polaritas. Oleh karena massanya, air senantiasa ditarik ke bawah oleh gaya gravitas polaritas disebabkan oleh susunan molekul air (Pairunan, 1997).
Kadar air tanah Alfisol merupakan perubahan regim kelembaban manusia atau bahkan frekuensi yang tidak begitu sering akan mendorong periode jenuh yang silih  berganti mendekati desikasi sedemikian rupa sehingga bahan-bahan yang dapat larut dalam air bergerak ke daerah jenuh dan mengendap di bagian yang kering yang tergantung pada tekstur solumnya. Air merupakan unsur utama dalam proses-proses kimia dalam hubungannya dalam jumlah produk pelapukan fenomena translokasi. Peranan air dan duhu dalam hidrasi atau (dehidrasi) dalam karbonasi dan hidrolisis cukup sulit untuk dimengerti sebagai hasil disolusi mineral, keragaman produk ion tidak  hanya mengambarkan komposisi spesis ion yang terlarut (Lopulisa, 2004).
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Air      
Kapasitas tanah untuk menahan air dihubungkan baik dengan luas permukaan maupun volume ruang pori, kapasitas menahan air karenanya berhubungan dengan struktur dan tekstur.  Tanah-tanah dengan tekstur halus mempunyai maksimum kapasitas menahan air total maksimum, tetapi air tersedia yang ditahan maksimum, pada tanah dengan tekstur sedang.  Penelitian menunjukkan bahwa air tersedia
pada beberapa tanah berhubungan erat dengan kandungan debu dan pasir yang
sangat halus (Foth, 1995).
            Tanah bertekstur halus menahan air lebih banyak pada seluruh selang energi dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar.  Hal ini dimungkinkan karena tanah bertekstur halus mempunyai bahan koloidal, ruang pori dan permukaan adsortif yang lebih banyak (Nurhayati,1986).  Hardjowigeno (1993) menambahkan bahwa tanah yang bertekstur kasar mempunyai kemampuan menahan air yang kecil daripada tanah bertekstur halus.  Oleh karena itu tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat.  
            Selain sifat tanah, faktor tumbuhan dan iklim sangat mempengaruhi jumlah air yang dapat diabsorsikan tumbuhan tanah, faktor-faktor tumbuhan antara lain, bentuk perakaran, daya tahan terhadap kekeringan, tingkat dan stadia pertumbuhan.  Faktor iklim antara lain, temperatur, kelembaban dan kecepatan angin.  Diantara sifat-sifat tanah yang berpengaruh terhadap jumlah air yang tersedia adalah daya hisap (matrik dan osmotik), kedalaman tanah dan pelapisan tanah (Nurhayati, 1986). 
Adapun pengaruhnya bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga bagi pertumbuhan tanaman adalah sebagai emulgator (memperbaiki struktur tanah), sumber hara N, P, S, menambah kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara dan sumber energi bagi mikroorganisme (Hardjowigeno, 1993).
Bila semua faktor sama, tanah bersolum dalam mempunyai air tersedia lebih banyak dibandingkan dengan tanah dangkal.  Hal ini penting untuk tumbuhan berakar dalam.  Pelapisan tanah berpengaruh terhadap jumlah air tersedia dan pergerakannya dalam tanah.  Lapisan keras tidak tembus air memperlambat pergerakan air dan mempengaruhi daya tembus dan perkembangan akar, yang secara erfektif mengecilkan kedalaman tanah dari mana air diperoleh.  Lapisan berpasir juga menghalangi pergerakan air dari lapisan yang bertekstur halus (Nurhayati, 1986). 
            Hardjowigeno (1993) menyimpulkan bahwa kadar air dalam tanah tergantung pada banyaknya curah hujan, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi, kandungan bahan organik dan tingginya muka air tanah.
2.3 Kapasitas Lapang
Kapasitas lapang adalah persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah sesudah terjadinya drainase dan kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangat lambat. Keadaan ini terjadi 2 - 3 hari sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukup mudah ditembus oleh air, tekstur dan struktur tanahnya uniform dan pori-pori tanah belum semua terisi oleh air dan temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban pada saat ini berada di antara 5 - 40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi daripada kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air kapiler selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses evaporasi. Bila kelembaban tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak mobile. Akar-akar akan membentuk cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan lebih cepat untuk mendapatkan suatu air bagi konsumsinya. Oleh karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang kandungan air di bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan hebat sekali. Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat menunjukkan kandungan maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air pengairan yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya. Tergantung dari tekstur lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban 1 feet tanah kering sampai kapasitas lapang diperlukan air pengairan sebesar 0,5 - 3 inches (Hardjowigeno, 1993).
2.3 Titik Layu Permanen
Titik layu permanen terjadi dimana kandungan lengas tanah yang menyebabkan tanaman yang tumbuh di atasnya mengalami layu tetap (tidak bisa segar kembali meskipun ke dalam tanah ditambah lengasnya/ tidak bisa segar kembali meskipun tanaman ditempatkan ke dalah ruangan yang jenuh uap air) Karena plasmolisis yang terjadi pada sel tanaman sudah lanjut dan sel terlanjur mati, meskipun tanaman disiram deplasmolisis tidak akan terjadi, tanaman akan tetap mati. Pada tingkat kelembaban titik layu ini tanaman tidak mampu lagi menyerap air dari dalam tanah. Jumlah air yang tertampung di daerah perakaran merupakan faktor penting untuk menentukan nilai penting tanah pertanian maupun kehutanan(Nurhayati, 1986).

            Bilamana tanaman ditanam pada keadaan air yang cukup maka tanaman itu akan mengambil air kapiler dari dalam tanah tersebut. Bila sampai batas maksimum, air kapiler dapat diambil dan mendekati habis maka tanaman akan menjadi layu. Meskipun pada titik layu ini tanah menunjukkan tekanan osmose yang sangat nyata tetapi tetap tidak mampu menunjukkan tekanan osmose yang sangat nyata tetapi tetap tidak mampu menunjukkan suatu kemampuan tanaman tersebut terhadap absorbsi airnya. Kehilangan turgescensi ini pada tanaman-tanaman yang lemah terjadi pada daun-daun yang telah tua kemudian diikuti oleh daun-daun muda (Nurhayati, 1986).










III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum pengamatan Kadar air dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal Kamis 22 November 2012, pukul 13.00 WITA sampai selesai. di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan Kadar Air pada tanah ini adalah timbangan, cawan, dan oven.
Bahan yang digunakan pada percobaan Kadar Air tanah ini adalah sampel tanah Alfisol, air dan kertas label.
3.3. Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.3.1 Metode gravimetrik
1.   Menimbang cawan petridish, dan menambahkan 20 gram tanah kering udara
2.   Mengeringkan dalam oven dengan suhu 105°C selama 2 x 24 jam
3.   Mengeluarkan cawan yang berisi tanah dari oven lalu dinginkan, kemudian menimbang   cawan tersebut bersama tanah.
4.   Perhitungan :
      - Berat cawan petridish                                        = a gram
      - Berat cawan petridish + Tanah kering udara      = b gram
      - Berat cawan petridish + Tanah kering oven       = c gram
% Kadar Air      = ( b- c ) x 100 %
                                     (c – a )
3.3.2 Kadar Air dengan Metode Kapasitas Lapang
Praktikum kadar air tanah dengan metode kapasitas lapang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Tentukan tempat/lokasi yang datar dan dekat dengan sumber air.
2.      Bersihkan tempat tersebut dari semak belukar.
3.      Buat bedengan dengan ukuran 1 X 1 m.
4.      Setelah bedengan dibuat cukup tinggi, padatkan bedengan untuk mencegah air yang merembes.
5.      Setelah bedengan selesai, siapkan air ± 200 L dan tumpahkan secara bersamaan.
6.      Tutup bedengan dengan menggunakan plastic. Pastikan bahwa plastic menutupi seluruh bedengan.
7.      Tutup permukaan plastic dengan menggunakan rumput lalu diamkan selama 1 X 24 jam.
8.      Setelah didiamkan selama 1 X 24 jam, buka plastik yang menutupi bedengan kemudian cungkil tanahnya.
9.      Timbang tanah yang teleh dicungkil kemudian diovenkan selama 1 X 24 jam.
10.  Setelah diovenkan selama 1 X 24 jam, timbang tanahnya.
11.  Hitung kadar air kapasitas lapang dengan menggunakan tumus :
Kadar air kapasitas lapang=  
12.  Lakukan analisis ukuran partikel untuk mengetahui persen liat pada tanah lalu hitung kadar pada titik layu permanen dengan menggunakan rumus :
Kadar air TLP =  
13.  Hitung air tersedia dengan menggunakan rumus :
Air tersedia = Kadar air kapasitas lapang – Kadar air TLP












IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan pengamatan dan perhitungan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5: Hasil Perhitungan Kadar Air pada sampel Tanah Alfisol, Vertisol,, dan Oxisol

Jenis Tanah
Kadar Air Tanah (%)
Alfisol
6,5
Vertisol
2,7
Oxisol
8,70
                 Sumber : Data primer setelah diolah, 2011.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa pada profil tanah Vertisol memiki kandungan air sebesar 2,7% .Hal ini menunjukkan bahwa kandungan kadar airnya lebih rendah apabila dibanding tanah Oxisol ,hal ini disebabkan karena tanah Vertisol memiliki tekstur tanah berpasir hal ini sesuai pendapat Hakim (1986) yang menyatakan apabila bertekstur pasir maka kemampuan untuk mengikat air itu rendah itu disebabkan susunan partikel pasir itu padat ,berbedah halnya dengan tekstur tanah liat yang kandungan kadar airnya tinggi dikarenakan susunan partikelnya lebih renggang.

Pada profil tanah Oxisol memiliki nilai kadar air sebesar  8,70 % dan pada Alfisol memiliki nilai kadar air sebesar 6,5 %. Nilai-nilai kadar air yang dimiliki oleh setiap tanah ini adalah tinggi, karena tanah tersebut memiliki tekstur yang halus, dimana tekstur tanah halus akan banyak menampung air atau daya menahan airnya tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk. (1986), yang menyatakan bahwa tanah bertekstur halus menahan air lebih banyak dibandingkan dengan bertekstur kasar. Hal tersebut juga sependapat dengan Hardjowigeno (2003), yang menyatakan bahwa tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.
            Adapun faktor-faktor yang memengaruhi kadar air suatu tanah. Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti. Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah (Buckman dan Brady, 1982).




V.      PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil yang diperoleh pada percobaan kadar air tanah pada tanah Alfisol dapat disimpulkan :
a.       Pada tanah Alfisol memiliki kadar air 6,5 % dengan menggunakan metode gravimetrik.
b.      Pada tanah Vertisol memiliki kadar air 2,7% dengan menggunakan metode gravimetrik.
c.       Pada tanah Oxisol memiliki kadar air 8,70% dengan menggunakan metode gravimetrik.
d.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, bahan organik, struktur tanah dan permeabilitas.


5.2 Saran
Sebaiknya dalam memilih tanah pertanian, perlu diperhatikan kandungan air tanah untuk suatu jenis tanah. Karena kadar air tanah cukup berperan setelah bahan organik tanah yang turut mempengaruhi kandungan unsur hara yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya.



DAFTAR PUSTAKA
Bukman, H. D. and N. C. Brady. 1994. The Nature and Properties Of Soil Maxwell Matmilin. New York.

Fitter-Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Madya Universitas Press Yokyakarta.

Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogjakarta.

Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta

Kartasapoetra, Sutedjo. Mul Mulyani, 1987. Teknologi Konversasi Tanah Air Rineka Cipta, Jakarta.

Nurhayati Hakim,DKK.1986.Dasar-Dasar ilmu tanah.Lembaga Penelitian Universitas Lampung,Lampung.

Pairunan,A.K.J.L.Nanere,Arifin.Solo,S.R.Samosir,Romadulus.Teingkaisari,J.R.Lalo Pua, Bachrul.Ibrahim,Hariadj.Asmadi. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur. Makassar










1 komentar:

  1. Best free spins - Youtube Channel
    Best free spins for playing free slots games with youtube mp4 bonuses for no deposit is our free slots demo. We have a good list of casino games with bonus rounds. Best Free Spins.

    BalasHapus